SISTEM AKUNTANSI : PRINSIP-PRINSIP UMUM DALAM PELAKSANAAN PENUGASAN SISTEM
Dalam melaksanakan penugasan sistem,
terdapat beberapa prinsip yang harus menjadi pegangan. Prinsip-prinsip tersebut
harus dicermati agar sistem yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi dan
bermaanfaat bagi penggunanya. Prinsip-prinsip tersebut disajikan secara
kronologis menurut urutan proses akuntansi. Namun perlu diingat tujuan akhir
dari kegiatan akuntansi utamanya adalah merekam semua data historis perusahaan
dan kemudian mengikhtisarkan data tersebut menjadi informasi untuk digunakan
bagi manajemen perusahaan ataupun bagi pihak luar perusahaan. Oleh sebab itu,
idealnya prinsip-prinsip itu disajikan secara kronologis namun mundur, jadi
diawali dengan penyajian laporan dan berakhir pada analisis data transaksi.
akan tetapi, agar para pembaca memperoleh gambaran yang sistematis, maka prinsip-prinsip
tersebut disajikan berurutan maju menurut kronologis sebagai berikut:
1. Analisis
transaksi bisnis.
2. Pencatatan
transaksi ke dalam formulir dan catatan yang tepat.
3. Perancangan
sistem internal check dalam transasksi.
4. Pencatatan
transaksi yang telah terekam di formulir ke dalam buku besar (jurnal dan buku
besar)
5. Perancangan
berbagai pernyataan akuntansi dan laporan statistik dengan sumber data dari
transaksi yang telah tercatat dibuku.
6. Pelaksanaan
pemeriksaan intern yang berkesinambungan dan pemeriksaan eksternal
secara periodik terhadap sistem informasi akuntansi.
7. Penyajian
laporan untuk memenuhi kebutuhan isntansi pemerintah.
Tujuh butir diatas merupakan
prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam penyusunan sistem informasi
akuntansi. Semakin besar volume kegiatan yang dilakukan perusahaan, semakin
besar jumlah departemen yang terdapat dalam organisasi perusahaan tersebut, dan
semakin rumit lingkup penugasan sistem yang harus dilakukan. Berikut ini
penjelasan ringkas dari prinsip-prinsip diatas:
Analisis Transaksi Bisnis
Prinsip ini digunakan untuk
mengetahui karakteristik bisnis yang dilakukan perusahaan. Setiap
perusahaan cenderung untuk memperlebar usaha, sehingga didalam kegiatannya akan
selalu terdapat kegiatan investasi, peneriman dan pengeluaran kas, pembelian
dan penjualan barang, dan bagi perusahaan tertentu juga mencakup kegiatan
manufaktur. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pengembangan dan penerapan
sitem akuntansi adalah penyususnan dan analisis transaksi bisnis baik yang
dilakukan sehari-hari maupun periodik.
Pencatatan Transaksi ke Dalam Formulir Dokumen
Setelah transaksi
dianalisis, khususnya mengenai frekuensi kejadiannya dan nilai materialitasnya,
kita perlu menentukan cara terbaik untuk mencatat dan
mengikhtisarkannya. Untuk itu perlu dirancang formulir-formulir yang dapat
digunakan untuk menghimpun dan merekam transaksi-transaksi tersebut, seperti
misalnya faktur, memo, kuitansi, dan sejenisnya. Formulir-formulir ini
selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dan otorisasi pencatatan dalam
jurnal aatau buku harian. Penelitian mengenai transaksi dan formulir tidak
hanya bertujuan untuk menentukan jenis jurnal dan buku besar apa yang
mesti dibuat, melainkan juga untuk menentukan metode pencatatan terbaik
untuk merekam transaksi baik yang dilakukan secara individual, yaitu setiap
transaksi dicatat satu-persatu, ataupun secara kelompok. Selain itu, penelitian
juga dilakukan untuk memperoleh masukan bagi pemilihan peralatan yang
akan digunakan, apakah secara manual, mengguanakan mesin ataukan dengan
memanfaatkan sistem pengolahan data elektronik.
Perancangan Sistem Internal Check Dalam Transaksi
Salah satu prinsip yang harus
dipegang dalam perancangan sistem informasi akuntansi adalah perlunya
menerapkan internal check dan metode penerapannya untuk
mengamankan harta kekayaan perusahaan dan menjaga ketelitian pencatatan.
Sebagai manusia, karyawan atau pihak manapun yang terlibat dalam kegiatan
perusahaan, pada dasarnya memiliki sifat-sifat positif. Namun apabila
peluang-peluang untuk melakukan kecurangan untuk kepentingan pribadi masih
terbuka, maka besar kemungkinan mereka memanfaatkan peluang itu. Oleh sebab itu
untuk mengurangi kecerobohan dan peluang-peluang terebut, proedur akuntansi
khususnya mengenai kas, persedian, gaji dan upah, serta sekuritas (surat
berharga) biasanya didesain demikian rupa sehingga penanganan serta
pencatatanya melihat lebih dari dua pihak. Cara demikian pula disebut pula
sebagai pengecekan berganda (pengecekan berganda adalah penanganan dan
pencatatan transaksi akuntansi yang melibatkan lebih dari dua pihak) transaksi
akuntansi, yaitu dengan menempatkan satu orang yang menangani fisik aktiva dan
satu orang lainnya atau lebih menangani formulir dan pencatatannya. Dengan
demikian, pekerjaan fisik aktiva harus saling mengecek dengan pencatatannya
yang terekam dalam formulir dan buku.
Pencatatan ke Dalam Jurnal dan Buku Besar
setelah
analisis transaksi, desain formulir, serta internal check diselesaikan prinsip
selanjutnya yang harus diperhatikan adalah desain jurnal dan buku. Buku yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang sudah terekam dalam formulir adalah
jurnal (buku harian) dan buku besar (ledger). Buku besar terdiri dari
dua jenis, yaitu buku besar induk yang memuat transaksi untuk
masing-masing akun, dan buku tambahan (subsidiary ledger) atau buku
pembantu. Buku besar tambahan berfungsi sebagai alat untuk menjelaskan
rincian suatu akun buku besar. Akun buku besar yang dijelaskan oleh buku
pembantu itu disebut akun kendali (controlling account). Tentu
saja tidak semua akun dalam buku besar memerlukan buku pendukung, karena
kebutuhannya sangat tergantung pada tingkat ketelitian dan kerincian infromasi
yang diperlukan atas akun yang bersangkutan.
Untuk
memudahkan pemindahan transaksi yang sudah terekam dalam formulir ke jurnal dan
buku besar, tentu diperlukan peralatan pencatatan. Jenis peralatan itu
bisa beragam mulai dari yang bersifat manual, mekanis, sampai kepada
penggunaan sistem pengolahan data elektronis. Apabila kita membaca
literatur mengenai sistem informasi akuntansi, dengan cepat kita akan
memperoleh kesimpulan bahwa sistem informasi akuntansi cenderung memiliki
konotasi kearah sistem pengolahan data elektronik. Hal itu disebabkan oleh
semakin luasnya penggunaan komputer dimasyarakat dan semakin besarnya kemampuan
komputer, khususnya yang berukuran personal komputer dalam kehidupan
sehari-hari.
Perancangan Laporan
Laporan yang dihasilkan sistem
informasi akuntansi pada dasarnya dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis,
yaitu :
1. Laporan
Historis, yang mengemukakan tentang perhitungan rugi-laba untuk
periode yang lalu.
2. Laporan
mengenai kondisi atau status perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang
disajikan dalam bentuk neraca dan laporan mengenai laba ditahan.
3.
Laporan untuk pengendalian manajerial,
yang bisa berbentuk analisis, seperti misalnya analisis penjualan, analisis
biaya, analisis aliran kas, analisis investasi, dan lainnya.
Ketika
menyusun, mengembangkan, dan menerapkan sistem informasi akuntansi, seorang
akuntan harus menerapkan terlebih dahulu mengenai jenis penyataan dan laporan
yang diperlukan, dan informasi apa yang harus diperoleh dari catatan akuntansi
untuk memenuhi kebutuhan laporan itu. Dari titik itulah sebetulnya seorang
akuntan harus mulai bekerja dalam penyusunan sistem informasi akuntansi, karena
materi laporan merupakan tujuan akhir sistem. Sehingga yang penting adalah
memastikan agar kebutuhan itu bisa terpenuhi dengan merancang
perangkat-perangkat akuntansinya, yaitu buku, peralatan, metode, dan formulir
dokumen. Jadi pendekatan yang realistis adalah pendekatan mundur yang dilakukan
dengan jalan menetapkan keinginannya dulu baru kemudian kebutuhann untuk
mengambil keputusan.
Dalam
merancang laporan, seorang akuntan pada dasarnya harus meminta penjelasan dari
manajemen mengenai informasi apa yang mereka butuhkan. Selain manajemen,
akuntan juga bisa meminta penjelasan dari pihak lain, seperti dari komisaris,
pemegang saham, ataupun dari pihak perbankan kreditur perusahaan. Jika mereka
semua tidak atau enggan memberikan pendapat, maka menjadi tugas akuntan untuk
memberikan saran untuk mengambil keputusan.
Pemeriksaan Intern dan Pemeriksaan Ekstern
Perusahaan
besar yang mempekerjakan banyak karyawan didepartemen akuntansi perlu memahami
bahwa tidak ada sistem informasi yang sempurna seratus persen. Yang ada
hanyalah sistem yang optimal, dalam arti bahwa sistem itu tidak mutlak bebas
dari kesalahan dan penyimpangan, melainkan mungkin masih mengandung potensi
kesalahan namun pada tingkat yang dapat “ditoleransi”. Untuk menutup dan
menetralisasi potensi kesalahan tersebut, diperlukan peran akuntan pemeriksa
baik yang berposisi sebagai akuntan intern atau satuan
pengawan intern, maupun akuntan ekstern yang dalam hal
ini adalah akuntan publik.
Meskipun
perusahaan sudah memiliki akuntan intern, peran akuntan ekstern
tetap diperlukan. Perannya diperlukan untuk mengaudit laporan yang dihasilkan
sistem, khususnya laporan yang dipergunakan untuk menyajikan informasi umum
yaitu laporan keuangan yang didasarkan pada standar akuntansi keungan. Jika
akuntan intern sudah melakukan tugasnya dengan baik, pekerjaan akuntan ekstern
akan dapat terbantu. Dengan demikian kualitan pekerjaan akuntan intern
menentukan luasnya pekerjaan dan pemeriksaan yang dilakukan akuntan ekstern.
Laporan Untuk Instansi Pemerintah
Sistem informasi
akuntansi harus didesain sedemikian rupa sehingga informasi yang dihasilkannya
tidak hanya dapat diperoleh dengan cepat dan murah, namun juga akurat.
Laporan-laporan untuk instansi pemerintah yang penting antara lain adalah
laporan untuk direktorat Jenderal Pajak dengan segala kelengkapannya, laporan
untuk Departemen perindustrian dan perdagangan, dan untuk bursa efek bagi
perusahaan-perusahaan terbuka. Selain itu, bagi perusahaan-perusahaan tertentu
bisa juga diwajibkan untuk menyerahkan laporan kepada pemerintah, misalnya bagi
Badan Usaha Milik Negara yang menyerahkan laporan keuangan kepada kuasa
pemegang saham pemerintah, ataupun perusahaan daerah yang harus menyerahkan
laporan ke pemerintah daerah setempat.
Sumber Penulisan :
Widjajanto N. 2001. Sistem
Informasi Akuntansi. Jakarta : Erlangga. Hal 8-11
Comments
Post a Comment